PENGANTAR
Islam sebagai ajaran memang satu, tetapi
polyinterpretable (pemahaman terhadap islam itu beragam). Munculnya
interprestasi yang beragam terhadap islam tersebut disebabkan berbagai
faktor.Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi dan membentuk pemahaman kaum
muslimin terhadap islam. Situasi sosiologis, cultural, dan intelektual. Munculnya
berbagai aliran (mazhab) dalam lapangan fiqh, teologi, filsafat, dan lain-lain
dalam islam , misalnya menunjukan bahwa ajaran-ajaran islam itu
multi-interpretatif, banyak penafsiran. Watak multiinterpretatif ini telah
berperan sebagai dasar dari kelenturan islam dalam sejarah. Islam yang empiris
dan actual karena berbagai perbedaan dalam konteks sosial, ekonomi, dan
politik, akan berarti lain lagi bagi orang islam lainnya. Sejalan dengan
itu,islam akan dipahami dan digunakan secara berbeda.
POLA PEMIKIRAN KEISLAMAN DI INDONESIA
Proses penetrasi
nilai-nilai islam dalam kehidupan masyarakat Nusantara terjadi pada masa-masa
awal kedatangan islam secara penetration pacifique sampai dengan munculnya
gerakan pembaruan menimbulkan pola tingkah laku dalam bidang sosial politik,
ekonomi.
Pada abad XVII dan XVIII
merupakan salah satu masa yang paling dinamis dalam sejarah intelektual islam. Sumber
dinamika islam pada abad tersebut adalah jaringan ulama, yang terutama berpusat
di Mekah dan Madinah. Posisi kedua kota suci
ini, khususnya dalam kaitan dengan ibadah haji, mendorong sejumlah besar ulama
dan penuntut ilmu dari berbagai wilayah dunia muslim datang dan bermukim di sana.
Pada abad XVII tersebut, hubungan
antara islam di Nusantara dengan Timur Tengah umumnya bersifat keagamaan dan
keilmuan.
Dampak positif dari
adanya jaringan keilmuan telah mendorong masyarakat islam modern di Indonesia
dengan ditandai berdirinya organisasi islam seperti Serikat Dagang Islam,
Serikat Islam, Muhammadiyah
PEMIKIRAN SOSIAL KEAGAMAAN
Segmentasi umat islam di Indonesia
antara lain mempunyai dimensi yang bersifat kultural. Artinya keragaman
kelompok umat islam mempunyai latar belakang budaya keagamaan. Yang relatif
berbeda, sejalan dengan perbedaan latar belakang budaya kemasyarakatan mereka.
Corak pemikiran islam di indonesia
mencerminkan hasil hubungan yang dialektis dengan persoalan islam dan
modernisasi, perjumpaan islam dengan kebangsaan dan kekuatan negara, dan
perjumpaan islam dengan kekuatan budaya lokal setempat. Realitas umat islam di Indonesia
menunjukan fenomena kemajemukan, baik dalam
paham keagamaan maupun dalam sosial keagamaan. Kemajemukan ini sejalan
dengan kemajemukan masyarakat Indonesia
itu sendiri, atas dasar bangsa, bahasa, agama.
1.ISLAM RASIONAL Para pemikir islam rasional antara lain seperti Harun Nasution memepunyai pikiran-pikiran keagamaan yang terfokus pada kenyataan bahwa Al-Qur’an tidak memberikan panduan-panduan kehidupan secara detail. Karenanya ijtihad menjadi sangatlah penting maknanya sebagai mekanisme untuk melakukan interpretasi atau reaktualisasi atas doktrin ajaran islam. Dalam hal ini, kaum muslim perlu mempertimbangkan pentingnya aspek-aspek local, kontekstual dan temporal dalam pengembangan pemikirannya. Dengan demikian kehidupan keagamaan komunitas muslim di Indonesia tidak akan tercerabut dari nilai-nilai budaya mereka sendiri.
2. ISLAM SAINTIFIK
Dalam islam saintifikl terdapat dua disiplin yang cukup fundamental yang mewarnai corak baru intelektualisme islam. Hal yang dimaksud adalah disiplin perbandingan agama dan sosiologi agama. Namun disiplin yang terakhir ini tidak berkembang dengan baik dan disiplin perbandingan agama tampak dominan sekali sebagai perangkat intelektual di Yogyakarta yang memberikan perhatian terutama pada studi tentang agama-agama dan studi tentang kebatinan. Tetapi sebenarnya ada lagi disiplin yaitu historiografi. Salah satu kata kunci untuk memahami basis keislaman Ali ialah apa yang sering ia sebut sebagai agree in disagreement, yaitu setuju dalam perbedaan. Inilah filsafat yang dikembangkannya sejak menokohi limited group diskusi island di Yogyakarta.
3. ISLAM KRITIS
Islam sering diguncang
oleh isu pembaruan atau jika ada kekuatan di luar islam yang mengancam, oleh sebab
itu tidak heran jika reaksinya selalu muncul di sepanjang munculnya pembaruan
islam. Reaksi pihak-pihak dari luar islam yang dianggap coba mengancam
kepentingan islam dalam seluruh perhatian dan pemikiran Rasjiditerpusat untuk
menghadapi segala persoalan yang dihadapi oleh umat islam pada umumny, dan
khususnya di Indonesia.
Dia memahami bahwa akibat dari penjajahan yang terlalu lama, umat islam
mengalami penderitaan lahir batin, mengalami kemiskinan ekonomi, kemiskinan
agama, kerohanian, moral, dan kebodohan. Umat islam dirasakan terancam secara
krusial bahkan oleh campur aduk tradisi dan kepercayaan-kepercayaan yang srba
khayal.
4. ISLAM DESAKRALISASI
Atas dasar penilaian
sebagian tokoh-tokoh muslim terhadap situasi stagnam Islam di Indonesia, mereka
menyerukan perlunya penyegaran pemahaman terhadap islam. Dalam konteks alam
pemikiran islam Indonesia,
agenda semacam ini memang bukan sama sekali baru. Situasi stagnan ini dapat
diakhiri hanya kalau umat Islam bersedia menempuh jalan pembaruan. Untuk
menempuh jalan ini umat Islam antara lain harus membebaskan dirinya dari
kecenderungan untuk menstrasendenkan nilai-nilai yang bersifat profan, berfikir
kreatif, dan bersikap terbuka terhadap ide-ide progresif. Kalau diamati dengan
jernih pandangan-pandangan madjid ini berasa dari pemahamannya atas dari dua
prinsip penting dalam Islam, yaitu : konsep tauhid dan pandangan bahwa manusia
itu khalifah Allah dimuka bumi.
5. ISLAM PRIBUMISASI
Islam pribumisasi ini
merupakan cara memasyarakatkan islam keseluruh orang.
Dalam mengajak komunitas
islam untuk tidak memperlakukan islam sebagai sebuah ideologi alternative dalam
pandangannya sebagai komponen utama dalam struktur masyarakat Indonesia , Islam hendaknya tidak
diletakkan secara berhadap hadapan dengan komponen-komponen lain. Sebaliknya Islam harus diposisikan
sebagai komponen komplementer dalam pembentukan struktur sosial, budaya, dan
politik Indonesia.
Ini mengingat bahwa karakter komunitas sosial manusia, budaya, berpolotik nusantara
yang heterogen, dan usaha untuk menempatkan Islam sebagai pemberi warna tunggal
hanya akan menghantarkan Islam sebagai faktor divisive.
6. ISLAM PERADABAN
Dengan ajarpan tauhid yang menyatakan
bahwa Alloh SWT yang berhak disembah, maka Muhammad SAW telah menciptakan
mekanisme transendensi manusia untuk bisa mempertanyakan apa diluar Alloh SWt, termasuk struktur sosialnya
yang menindas. Penindasan itulah yang membuat manusia mati martabat dan harkat
dirinya, bukan karena kehendak Alloh SWT, tetapi karena jeratan strukturnya
sendiri.
7. ISLAM REAKTUALISASI
8. ISLAM TRANSFORMATIF
Obsesi islam
transpormatif adalah memberi kritik terhadap islam rasional dan islam
peradaban. Dari kritik tersebut, merekapun berusaha membangun suatu bentuk
islam alternative. Titik tolak mereka sangat jelas yaitu ingin menganalisis
penyebab keterbelakangan dan kemunduran umat islam Indonesia, dari sudut pandang
struktual. Selama ini islam rasional dan islam peradaban mencoba memecahkan
problem keterbelakangan dan kemunduran umat islam dengan menunjuk bahwa ada
yang salah dalam cara beragama umat. Dalam bahasa retorik, keterbelakangan
diebabkan oleh sikap fatalistis, predeterminismin dan penyerahan kepada nasib
sebagaimana pada islam rasional. Kritik islam transformatif adalah bahwa keteribelakangan
bukan disebabkan oleh faktor-faktor teologis,budaya atau mentalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar