Tampilkan postingan dengan label islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islami. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 November 2011

Masa Berkuasanya Bani Umayyah di Andalus dan penerusnya


1.Masuknya Islam ke Spanyol (Andalus)

Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Ummat Islam sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Continue Reading...

Para Transmiter Pengetahuan Timur Tengah Ke Indonesia dan Dampaknya di Indonesia



Tabel 1: Para Transmiter Pengetahuan Timur Tengah Ke Indonesia dan Dampaknya di Indonesia
Continue Reading...

gerakan-gerakan islam


WAHHABIYYAH

A. History

Wahhabiyyah emerged when Islamic world in the 18th century collapsed owing to western colonialism. This movement was led by Muhammad bin Abdul Wahhab as a seed for Islamic revivalism to rebuild Islamic world from its collapse. At that time, Islamic world experienced the worst moral degradation. The oneness of God was even contaminated with bid’ah, khurafat and mysticism.

Muhammad bin Abdul Wahhab in collaboration with Najd ruler, Prince Muhammad bin Sa’ud (ruling from 1139 to 1179) preached Islam among Najd community. This is the first time in pre-historic era the seed for Islamic fundamentalism was spread out. This seed for fundamentalism was used by Abdul Wahhab to establish Hakimiyyatullah among other Arabic clans. This utilization brought Wahhabiyyah to be the only mainstream thought of Islamic reform among Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaa’ah. Wahhabisme became popular after Saudi regime ruled Arabic territory covering Najd, Makkah, Madinah, Najf and some Iraqi provinces. Khalifah Turki Utsmani called this movement Khawarij Haza al-‘Asr.
Continue Reading...

FILSAFAT-SPIRITUAL DALAM PANDANGAN SAYYED HOSSAIN NASR



Oleh : Abdul Munip

Abstrak.

Paradigma yang mendasari pemikiran Nasr adalah  bahwa universalitas dan absolutiditas Islam perlu dijabarkan secara proporsional. Langkah kongkrit paradigma ini adalah dijadikannya tradisi pemikiran Islam seperti kalam, filsafat dan tasawuf sebagai alat bantu dalam menderivasikan ajaran Islam. Dengan cara inilah ketinggian Islam bisa dibuktikan, dan nampaknya Nasr menggunakan filsafat dan tasawuf sebagai ujung tombak jihad intelektualnya. Bagi Nasr, tradisi pemikiran Islam masih bertahan hingga kini. Sebagai pewaris filasafat iluminasi Suhrawardi, Nasr menawarkan suatu konsep tentang scientia sacra yang dianggapnya sebagai pengetahuan yang sejati karena bersumber pada wahyu dan inteleksi manusia. Scientia sacra bisa berwujud dalam bentuk “al-‘ilm al-hudluri”. Berkenaan dengan krisis kemanusiaan yang dialami manusia modern, Nasr menawarkan solusi agar kembali kepada tradisi Islam yang didalamnya terkandung ajaran sufisme sebagai yang paling bisa memberikan jawaban memuaskan atas kehausan spiritual manusia modern.
Continue Reading...

sejarah singkat islam abad ke-3 sampai dengan abad ke-5 Hijriah


Pemerintahan al-Buwaihiyah (320-447 H / 932-1055 M)
Periode ini ditandai dengan adanya dominasi keluarga Buwaih. Mereka adalah kelompok Syiah yang sangat benci kepada islam dan fanatik. Orang yang pertama kali muncul ke permukaan adalah Buwaih bin Syuja’. Dia orang yang sangat fakir dan seorang. Sedangkan anak-anaknya (Ahmad, Hasan, Ali) menjadi tentara Makan bin Kali salah seorang pemimpin terkemuka di Dailam (selatan Laut Qazwin). Pada tahun 320 H/932 M pengaruh mereka (Ali) mulai terasa dan pengaruh mereka sampai pada puncak keemasannya. Kekuasaan mereka meliputi beberapa wilayah pemerintahan Bani Abbasiyah. Mereka meminta kepada khalifah Bani Abbasiyah untuk mengakui wujud dan eksistensi mereka. Mereka memiliki pengaruh yang amat besar terhadap para khalifah Bani Abbas dan menyetir para khalifah. Mereka juga menentukan siapa khalifah yang akan diangkat dan dicopot. Maka, saat itu khalifah tidak lagi memiliki pengaruh dan kekuasaan sehingga karisma khalifah menghilang pada masa tersebut.
Continue Reading...

Kamis, 13 Oktober 2011

MANUSIA PEMBENTUK KEBUDAYAAN DALAM AL-QURAN


DR. H. MUSA ASY’ARIE


Definisi Insan dan Basyar
Penggunaan kata insan dan basyar dalam Al-Quran menunjukkan konteks dan makna yang berbeda, meskipun sama-sama menunjuk pada pengertian manusia. Manusia dalam konteks insan adalah manusia yang berakal yang memerankan diri sebagai subjek kebudayaan dalam pengertian ideal, sedangkan kata basyar menunjuk pada manusia yang berbuat sebagai subjek kebudayaan dalam pengertian material yang seperti terlihat pada aktivitas fisiknya. Insan-basyar pada hakikatnya adalah manusia sebagai kesatuan yang membentuk kebudayaan. Wujud kebudayaan tersebut mencakup yang ideal yang bersifat abstrak yaitu proses berfikir maupun yang material yang bersifat nyata.

Definisi Khalifah dan ‘Abd
Seorang khalifah adalah ia yang menggantikan orang lain, menggantikan kedudukannya, kepemimpinannya atau kekuasaannya. Proses pergantian itu bersifat alamiah, karena tidak ada keabadian dalam kehidupan didunia ini. Tugas khalifah ini pada dasarnya mengandung implikasi moral yang dipakai untuk kepentingan menciptakan kesejahtraan seluruh alam, tetapi yang terjadi saat ini banyak yang menyalahgunakannya. Kekuasaan seorang khalifah pada dasarnya tidak bersifat mutlak, karena kekuasaannya dibatasi oleh pemberi mandat kekhalifahan. Sebagai pemegang mandat Tuhan seorang khalifah tidak diperbolehkan melawan hukum-hukum yang ditetapkan Tuhan.
Esensi ‘abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Kata ‘abd memiliki arti yang positif, yaitu seorang yang tunduk, taat dan patuh kepada Tuhannya. Sedangkan ‘abd dalam kehidupan masyarakat yang mengenal perbudakan memiliki arti yang negatif, karena hilangnya kemerdekaan bagi seorang dan adanya penindasan terhadap manusia sesamanya.
Ketundukan dan ketaatan pada hukum-hukum yang mengikat kodrat alamiahnya merupakan suatu ketentuan yang tidak bisa ditolaknya, karena merupakan bagian dari hukum-hukum Tuhan yang mengatur kehidupan semesta. Akan tetapi manusia tidak sepenuhnya terikat oleh hukum-hukum alamiah saja, karena manusia dilebihkan kemampuan akalnya, sehingga ia mampu mengolah potensi alam menjadi sesuatu yang baru yang diperlukan bagi kehidupannya. Dalam perkembangannya, manusia pun terikat oleh hukum-hukum berpikir dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan pemikirannya.
Jadi khalifah adalah pengganti yang memegang kepemimpinan dan kekuasaan dari yang digantikan, ia memiliki wewenang untuk menentukan pilihan dan bebas untuk menggunakan akalnya. Sedangkan ‘abd adalah seorang yang telah kehilangan wewenang untuk menentukan pilihan dan kehilangan kebebasan untuk berbuat. Esensi seorang khalifah adalah kebebasan dan kreativitas, sedangkan esensi seorang ‘abd adalah ketaatan dan kepatuhan.

Continue Reading...

Minggu, 08 Mei 2011

PEMIKIRAN SOSIAL KEAGAMAAN



PENGANTAR
Islam sebagai ajaran memang satu, tetapi polyinterpretable (pemahaman terhadap islam itu beragam). Munculnya interprestasi yang beragam terhadap islam tersebut disebabkan berbagai faktor.Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi dan membentuk pemahaman kaum muslimin terhadap islam. Situasi sosiologis, cultural, dan intelektual. Munculnya berbagai aliran (mazhab) dalam lapangan fiqh, teologi, filsafat, dan lain-lain dalam islam , misalnya menunjukan bahwa ajaran-ajaran islam itu multi-interpretatif, banyak penafsiran. Watak multiinterpretatif ini telah berperan sebagai dasar dari kelenturan islam dalam sejarah. Islam yang empiris dan actual karena berbagai perbedaan dalam konteks sosial, ekonomi, dan politik, akan berarti lain lagi bagi orang islam lainnya. Sejalan dengan itu,islam akan dipahami dan digunakan secara berbeda.

Continue Reading...

TANTANGAN KEBERAGAMAN ERA KONTEMPORER : TANTANGAN RADIKALISME AGAMA



A.   LATAR BELAKANG


Dengan kondisi politik maupun ekonomi yang tidak pasti, agama sering gagal memenuhi keinginan para  pemeluknya  untuk memberikan kedamaian dan selalu mengutuk bentuk – bentuk kekerasan, salah satunya yaitu radikalisme. Banyak pengamat yang menyatakan bahwa munculnya sikap radikal yang diekspresikan dengan kebencian terhadap Barat timbul akibat konflik berkepanjangan antara Palestina dengan negara tanpa tanah air yaitu Israel. Hal ini menimbulkan “dendam-dendam politik” yang lebih luas, yaitu: Arab dengan Israel dan negara-negara pendukungnya. Konflik Arab dengan Israel ini meluas menjadi konflik Islam dengan Yahudi. Munculnya gerakan keagamaan yang bersifat radikal merupakan fenomena penting yang turut mewarnai citra Islam kontemporer. Masyarakat dunia belum bisa melupakan peristiwa Revolusi Islam Iran pada 1979 yang berhasil menampilkan kalangan mullah ke atas panggung kekuasaan. Dampak dari peristiwa itu sangat mendalam dan banyak, tidak pernah seluruh negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim tidak selalu  memiliki kaitan antara satu dan lainnya. Radikalisme Islam sebagai fenomena historis-sosiologis  merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat dunia. untuk menyebut gerakan Islam radikal, dari sebutan kelompok garis keras, ekstrimis, fundamentalisme sampai terrorisme.
Continue Reading...

Heroisme iran


Mahmud Ahmadinejad lahir di Aradan dekat Garmsar, Iran, 28 Oktober 1956,. Dia anak keempat dari tujuh bersaudara, berasal dari keluarga Syiah. Orang tuanya,seorang Tukang Besi, Ahmad Saborjihan, memberi nama Mahmud Saborjihan saat lahir. Dia menggunakan nama tersebut hingga sebuah keputusan besar mendorong keluarganya untuk hijrah ke Teheran pada paruh kedua tahun 1950-an.Di Teheran, ayahnya merubah namanya menjadi Mahmud Ahmadinejad sebagai isyarat religiusitas dan semangat mencari kehidupan yang lebih baik.
Continue Reading...

DINAMIKA PEMIKIRAN DALAM ISLAM


A. Pengantar
            Kemajuan suatu peradaban dalam sejarah umat manusia tidak mungkin terwujud apabila peradaban tersebut menutup diri dan tidak mau berinteraksi dengan peradaban yang lain. Hadirnya islam sebagai sebuah peradaban yang jaya, juga diyakini merupakan buah dari keterbukaan islam.
            Secara umum epistomologi Islam menurut Muhammad Abid al-Jabiri (1990:556), memilki tiga kecenderungan yang kuat, yaitu:
            Pertama, bayani yaitu epistomologi yang beranggapan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah wahyu (teks) atau penalaran dari teks.
            Kedua, ‘irfani yaitu epistemologi yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan adalah kehendak.
            Ketiga, burhani yaitu epistemologi yang berpandangan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah akal.
            Ketiga kecenderungan epistemologis Islam diatas, secara teologis mendapatkan justifikasi dari Al-Qur’an. Di dalamnya banyak ditemukan ayat  yang berbicara tentang pengetahuan, dan perintah untuk menggunakan akal. Sekalipun demikian, tidak sedikit pula paparan ayat-ayat yang mengungkapkan tentang pengetahuan bersumber pada intuisi.
            Metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana muslim padaabad keemasan Islam, antara abad IX dan XII. Semangat mencari kebenaran yang dimulai oleh pemikir-pemikir Yunani dan hampir padam dengan jatuhnya kekaisaran Romawi, dihidupkan kembali dalam kebudayaan Islam.
            Setelah masuk abad XII M, pergumulan pemikiran kaum muslimin sedikit mulai meninggalkan tradisi pelacakan dalam filsafat, khususnya filsafat sains, dan lebih mengembangkan kesadaran mistis dan asketisme atau lari dari dua materi atau kesadaran kosmis menuju pada dunia sufisme.
            Dalam hal ini, fanatisme mazhab atau pemikiran tertentu sangat kental, dan sering kali tidak toleran terhadap kelompok yang lain. Adanya pluralitas mazhab pemikiran dalam Islam dianggap sebagai ‘bencana’, dan semangat klaim kebenaran menguat, bahwa kelompoknyalah yang paling benar. Islam kemudian direduksi sebatas persoalan-persoalan ritual semata, atau sekedar ajaran-ajaran moral yang melangit. Pada fase inilah umat Islam menuju gerbang awal kemunduran dan redupnya mercusuar peradabannya.
Continue Reading...

Followers

Calendar