Tabel 1: Para
Transmiter Pengetahuan Timur Tengah Ke Indonesia dan Dampaknya di Indonesia
No
|
Abad
|
Nama Transmiter
|
Tempat Studi dan Guru-Gurunya
|
Pengetahuan Yang Dikuasai dan Ditransmisikan
|
Produk/Karya
|
Dampaknya di Indonesia
|
1
|
XVI
|
Hamzah
Fansuri (w. 1590)
|
Nama
gurunya tidak diketahui, tetapi dalam syair-syairnya Hamzah mengaku telah
berkunjung ke sejumlah kota di Timur Tengah seperti Mekkah, Quds, dan Baghdad
|
Tasawuf
wujûdiyah dengan lima tahap emanasi dari Ibn Arabi
|
Asrâr
al-Arifin dan
Syarab al-Asyiqîn
|
Tasawuf
wujudiyah menjadi tasawuf populer di kesultanan Aceh pada era
Sultan Iskandar Muda.
|
2
|
XVI
|
Syamsuddin
al-Sumatrani (1575-1630)
|
Tidak
diketahui apakah Syamsuddin pernah pergi ke Timur Tengah atau tidak
|
Tasawuf
wujudiyah dengan tujuh tahap emanasi dari Burhanpuri (martabat tujuh)
|
(1) Jauhar al-Haqâiq, ditulis dalam bahasa Arab, yang merujuk pada
pemikiran Ibn al-'Arabi, penyair Ibn al-Farid dan struktur emanasi
Burhanpuri; (2) Mir'at al-Mu'minin
yang juga berisi uraian Syamsuddin tentang tujuh tahap emanasi; (3) Nûr al-Daqâiq yang merupakan
penjelasan lebih rinci tentang tujuh tahap emanasi Burhanpuri, bahkan lebih
bisa difahami daripada kitab Tuhfah
|
Tasawuf
wujudiyah menjadi tasawuf populer di kesultanan Aceh pada era
Sultan Iskandar Muda. Posisinya sebagai Syeikh al-Islam pada zaman
Sultan Iskandar Muda mempercpat peyebaran ajaran tasawufnya.
|
3
|
XVII
|
Nuruddin
al-Raniri (w. 1658)
|
Belajar
ilmu keislaman dan bahasa Melayu di India dengan sejumlah ulama terkenal di
lingkungan keluarganya sendiri. Pernah belajar ke Mekkah tetapi guru-gurunya
tidak diketahui secara pasti.
|
Tasawuf,
fiqh, teologi, sejarah, bahasa dan lain-lain. Ajaran tasawufnya mengkoreksi
faham wujudiyah warisan Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatrani
Memperkenalkan
tarekat Idrusiyah.
|
(1) Bustân
al-Salâtîn, Buku ini juga dapat dianggap sebagai buku sejarah,
terdiri dari tujuh buku. (2) Shirât al-Mustaqîm, berisi penekanan
dia terhadap syari'at atau fiqh. (3) Hujjat
al-Shiddiq li Daf' al-Zindîq. Buku ini dimaksudkan untuk menjelaskan argumentasinya
dalam menentang tasawuf yang bercorak panteisme. (4) Jawâhir al-'Ulûm fî Kasyf
al-Ma'lûm,. (5) Nubuwah fi
Da'wa al-Dhil ma'a Sahibihi yang ditulis dalam bahasa Arab, (6) Hall al-Dhil. (7) Lama'an
bi Takfîr Man Qâla bi Khalq al-Qur'an, yang di dalamnya al-Raniri
menentang doktrin penciptaan al-Qur'an. (8) Tibyân fi Ma'rifat al-Adyan, yang kebanyakan merujuk pada Kitab al-Tamhîd fi Bayân al-Tauhîd karya
Abu Syakur al-Salimi.
|
Posisinya
sebagai Syeikh al-Islam selama tujuh tahun di masa Sultan Iskandar Tsani
memungkinkan ajaran tasawufnya berkembang. Orientasi terhadap syariat yang
cukup kuat dalam ajaran tasawufnya menyebabkan dia harus
"bersinggungan" dengan pengikut Hamzah dan Syamsuddin.
|
4
|
XVII
|
Abd
al-Rauf al-Singkili (1615-1693)
|
Belajar
di Mekkah dan Madinah dengan sejumlah guru seperti al-Qusyasyi dan Ibrahim
al-Kurani
|
Memperkenalkan
tarekat Syattariyah ke Indonesia. Dia juga menguasi sejumlah ilmu keislaman
seperti fiqh, tauhid dan tafsir.
|
Karya-karya Abd al-Rauf meliputi
semua bidang keilmuan Islam, antara lain (1) Mir'at al-Thullab (fiqh), terjemahan Fathul Wahhab karya Zakariya al-Anshari (w 926) , (2) Risalat Adab Murid akan Syeikh, berisi
kewajiban guru-murid. (3) Komentar atas kitab Arba'in Nawawi di bidang hadits. (4) Umdat al-Muhtâjîn (tasawuf). (5) Lubb al-Kasyf wa al-Bayân limâ Yarâhu al-Muhtadlar bi al-'Iyân, berisi
penjelasan tentang pengalaman kematian. (6) Tarjumân al-Mustafîd (tafsir).
|
Meneruskan
upaya al-Raniri untuk menekankan pentingnya syari'at dalam tasawuf.
Tarekat
Syattariyah berkembang di Indonesia. Buku tafsirnya telah dipelajari oleh
umat Islam selama periode-periode berikutnya.
|
5
|
XVII
|
Yusuf
al-Makassari (1627-1699)
|
Belajar
di Mekkah dan Madinah dengan sejumlah ulama seperti Ibrahim al-Kurani dan
lain-lain.
|
Memperkenalkan
tarekat Khalwatiyah ke Indonesia. Dia juga menguasai hampir semua cabang
keilmuan Islam
|
(1)
Safinat al-Najât,(2) Zubadat al-Asrâr, yang dikaji oleh Nabilah
Lubis dalam disertasinya. (3) Qurrat
al-'Ain, (4) Mathâlib al-Sâlikîn,
(5) Muqaddimat al-Fawâid allatî Mâ Lâ budda min al-'Aqâid, dan
lain-lain.
|
Tarekat
yang dibawanya dikenal luas baik di Banten maupun di Makassar
|
6
|
XVIII
|
Abd
al-Shamad al-Palimbani (1704-1789)
|
Belajar
di Mekkah dan Madinah dengan sejumlah ulama seperti Muhammad
al-Sammani (w. 1776).
|
Menguasai
berbagai cabang keilmuan Islam, terutama tasawuf ortodoksi. Dia lah yang
memperkenalkan tarekat Sammaniyah ke Indonesia.
|
(1)
Sair al-Sâlikîn ilâ 'Ibâdat Rabb al-'Alâmîn yang merupakan terjemahan
dari Ihya Ulûm al-Dîn karya al-Gahazali. (2) Hidayat al-Sâlikin fi Sulûk Maslak al-Muttaqîn terjemahan Bidayah al-Hidayah (3) Nasihat
al-Muslimîn yang berisi seruan jihad terhadap orang kafir.[1]
|
Tarekat
Sammaniyah dikenal di Indonesia.
|
7
|
XVIII
|
Muhammad
Arsyad al-Banjari (1710-1812)
|
Belajar
di Mekkah dan Madinah dengan sejumlah ulama seperti Syeikh Athaillah
ibn Ahmad al-Mishri al-Azhari, Muhammad Sulaiman al-Kurdi, Ahmad ibn Abd
al-Mun'im al-Damanhuri, Abdullah ibn al-Hijazi al-Syarqawi dan Ibrahim
al-Rais al-Zamzami.
|
Menguasai
berbagai keilmuan Islam, seperti fiqh dan tasawuf.
|
(1) Ushuluddin (2) Tuhfah
al-Râghibîn; (3) Perukunan Melayu. di bidang fiqh (4) Sabîl
al-Muhtadîn, (5) Luqtat al-Ajlân, (6) Hâsyiyah Fath
al-Jawwad; di bidang tasawuf (7) Kanz al-Ma'rifat, (8) al-Qaul
al-Mukhtashar
|
Mendirikan
lembaga pendidikan sebagai sarana untuk penyebaran ilmu.
Menentang
faham wujudiyah dalam tasawuf.
|
8
|
XIX
|
Ahmad
Khathib Sambas (l. 1805)
|
Belajar di Mekkah dengan Syeikh Daud Ibn Muhammad al-Fatani (Mursyid
Syattariyah), Syeikh Syams al-Din (mursyid Qadiriyah), Syeikh Muhammad Saleh
Rais, Syeikh Umar Abd al-Rasul, Syeikh Abd al-Hafidz Ajami, Syeikh Bashir
al-Jabarti, Sayyid Ahmad al-Marzuqi, Sayyid Abdullah al-Mirghani dan Syeikh
Usman al-Dimyathi
|
Menguasai
ilmu-ilmu keislaman.
Dia lah
yang mendirikan tarekat Qadiriyah-Nasabandiyah yang kemudian tersebar ke
Indonesia.
|
Tidak
menulis buku, tetapi ada buku yang ditulis oleh muridnya mengenai
ajaran-ajarannya, yaitu Fath al-Arifin
|
Lewat
ketiga khalifahnya (Kyai Abdul Karim Banten, Kyai Talhah Cirebon, dan Kyai Hasbullah
Madura) tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah menjadi tarekat terpopuler di
Jawa.
|
9
|
XIX
|
Nawawi
al-Bantani (1813-1897)
|
Belajar
di Mekkah, Madinah dan Mesir. Gurunya: Syeikh Sayyid Ahmad Nakhrawi, Sayyid Ahmad
Dimyathi, Syeikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dan Syeikh Muhammad Khathib
Hambali. Dia menghabiskan usianya untuk mengajar di Masjidil
Haram dan menulis buku.
|
Menguasai
semua cabang keilmuan Isam seperti tafsir, hadits, tauhid, fiqh, tasawuf dan
tata bahasa Arab.
|
Semua
karyanya ditulis dalam bahasa Arab, yang pada umumnya berupa syarah tehadap
kitab-kitab yang telah ada sebelumnya.
|
Menjadi
penyambung antara khasanah intelektual Islam klasik dengan dunia pesantren.
Hampir semua karyanya menjadi materi pelajaran di pesantren Jawa. Posisinya
yang prestisius di kalangan ulama Haramain mengharumkan nama
"Jawah".
|
10
|
XIX
|
Shalih
bin Umar al-samarani atau Kyai Shaleh Darat (1820-1903)
|
Dia belajar
dengan Syeikh Jamal, Syeikh Muhammad Muqri al-Mishri, Syeikh Muhammad Sulaiman Hasbullah, Syeikh al-Quthb al-Zaman Sayyid Muhammad
Zaini Dahlan dan Syeikh Ahmad Nahrawi
al-Mishri.
|
Menguasai
ilmu-ilmu keislaman.
|
Semua
karyanya ditulis dalam bahasa Jawa dengan huruf pegon, seperti (1) Tafsir Faidl al-Rahman Fi Tarjamah Tafsir
Kalam Malik al-Dayan (2) Minhāj
al-Atqiya fi Syarh Ma'rifat al-Azkiya ilā Tharīq al-Aulya, (3) Tarjamah
Sabīl Abid ‘ala Jauharah al-Tauhīd, (4) Majmu'ah al-Syari'ah al-Kāfiyah li al-‘Awwam, (5) Munjiyat,
methik saking ihya ulumudin al-Ghazali, (6) Matan Hikam, (7) al-Mursyid
al-Wājiz fi ‘Ilm al-Qur'an al-Azīz, (8) Hadits al-Mi'rāj, 9. Lahaif
al-Thahāroh wa Asrār al-Shalāh fi Kayfiyat Hālat al-Abidīn, (10) Manasik
Haji, (11) Maulid Burdah, (12) Pasalatan, dan (13) Hadits
al-Ghaitir lan Sarah al-Barzanji.
|
Menjadi
trasnmitter sejumlah ilmu keislaman dan menjadi guru dari beberapa ulama Jawa
berpengaruh, seperti Mahfudz al-Tirmisi, KH Hasyim Asy'ari,
KH Bisri Musthafa dan lain-lain.
Bersama dengan dengan ulama-ulama
Jawa lainnya, seperti Syeikh Nawawi al-Bantani, Syeikh Abdul Ghani Bima,
Syeikh Ahmad Khatib Sambas, Syeikh Khalil Bangkalan dan Syeikh Mahfudz
al-Tirmasi mengkoordinasikan gerak langkah pengembangan ilmu kepada para
mukimin Indonesia yang pada gilirannya mereka menjadi tokoh-tokoh kunci
pesantren di Indonesia.
|
11
|
XIX-
XX
|
Ahmad
Khathib al-Minangkabawi (1852-1915/6).
|
Belajar
di mekkah dengan sejumlah ulama
|
Menguasai
semua ilmu keislaman, dan menjadi imam Masjidil Haram dari kalangan Syafi’iyah.
Sangat menentang tarekat.
|
(1) al-Nafahat 'alâ Syarh al-Waraqât, sebuah syarah dalam bahasa Arab
atas kitab ushul fiqh karya al-Juwaini. (2) Fath al-Mubîn, sebuah kitab pendek berbahasa Melayu tentang
akidah. Sebenarnya, dia menulis banyak buku (kurang lebih 46 judul), tetapi
hanya dua karya di atas yang masih beredar di Indonesia
|
Menjadi
referensi bagi gerakan reformasi keagamaan di Minangkabau. Dia lah yang
menjadi guru dari sejumlah ulama Mingankabau pembaharu (kaum muda), seperti
Thahir Jalaludin, Abdullah Ahmad dan lain-lain. Dia juga guru dari
KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah)
|
12
|
XIX-
XX
|
Mahfudz
al-Tirmisi (1869-1919)
|
Belajar di Mekkah dengan Syeikh Muhammad al-Munsyawi, Syeikh Umar
bin Barakat al-Syâmi, Syeikh Musthafa bin Muhammad bin Sulaiman al-'Afifi,
Sayyid Husain bin Muhammad bin Husain al-Habsyi, Sayyid Abu Bakr bin Sayyid
Muhammad Syata' dan lain-lain
.
|
Menguasai
hampir semua ilmu keislaman dan memiliki mata rantai keilmuan (ijazah) untuk
semua ilmu tersebut, tetapi dia lebih berkonsentrasi di bidang hadits
terutama Shahih Bukhari.
|
Antara lain (1) Mauhibah Dzawi al-Fadhl, di bidang fiqh (2) Minhâj Dzawi al-Nazhar yang merupakan
syarah atas kitab Alfiyah.
|
Syeikh Mahfudz nampaknya menjadi
ulama Indonesia pertama yang mengajarkan Shahih
Bukhari. Murid kesayangannya, Hasyim Asy'ari, membawa tradisi ini ke
Indonesia, dengan menjadikan pondok pesantrennya di Tebuireng Jombang sebagai
pesantren hadits terkenal. Dia juga menjadi guru dari hampir 4000 murid yang
kebanyakan berasal dari Indonesia.
|
13
|
XIX-
XX
|
Kyai
Khalil Bangkalan (1819-1925)
|
Di Mekkah dia belajar dengan
Nawawi al-Bantani, Syeikh Abd al-Karim
dan Mahfudz al-Tirmasi dan beberapa ulama Arab.
|
Menguasai
ilmu-ilmu keislaman
|
Karyanya Fiqh Nikah dan buku tata bahasa
Arab.
|
Mewarnai
keilmuan pesantren Jawa, karena menjadi guru bagi hampir semua tokoh-tokoh
pesantren seperti KH Hasyim
Asy'ari (w. 1947), Kyai Manaf Abdul Karim Lirboyo, Kyai Muhammad Siddiq,
pendiri pesantren Jember, Kyai Munawir (w. 1942) pendiri pesantren al Munawir
Krapyak Yogyakarta, Kyai Maksum (1870-1972) pendiri pesantern Lasem Rembang,
Kyai Abdullah Mubarak, pendiri pesantren Suryalaya, Kyai Wahab Hasbullah
(1888-1971) pendiri pesantren Tambak Beras dan NU, Kyai Bisri Syansuri
(1886-1980) pendiri pesantren Denanyar Jombang, Kyai Bisri Musthafa
(1915-1977) penulis produktif, dai dan pendiri pesantren Rembang, dan KH Hasan Mustafa, seorang mistikus Sunda terkenal.
|
14
|
XX
|
Haji
Hasan Mustafa (1852-1930)
|
Di Mekkah dia bermukim selama
empat tahun dan belajar kepada sejumlah syeikh, di antaranya adalah Syeikh
Musthafa Afifi, Syeikh Abdullah Zawawi, Syeikh Abd al-Hamid al-Daghestani,
Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dan Syeikh Muhammad
|
Menguasai
ilmu-ilmu keislaman, terutama fiqh dan tasawuf
|
Antara lain (1)Kasyf al-Sarāir
fi Haqīqat al-Atjih wa al-Fidr, (2)
Injāz al-Wa’d fi Ithfa’ al-Ra’d, (3) Dia juga menulis sebuah
buku yang terdiri dari tiga bagian yaitu, Ishthilāh al-Ghilmān Bank
Indonesia Tadāwul al-Azmān, Ishthilāh al-Insān bi Tadāwul al-Ahyān, Ishthilāh
al-Rūhān Kulla Yaum Huwa fi Sya’n. (4) Gendingan Danding Sunda Birahi
Katut Wirahmana, (5) Aji Wiwitan Martabat Tujuh.
|
Hasan Mustafa beusaha untuk memadukan
spiritualisme Sunda dengan sufisme. Dia juga sangat berjasa dalam memajukan
kesusateraan Sunda.
Di
samping mengikuti al-Ghazali, dia juga penganut wujudiyah, terutama
teori emansi al-Burhanpuri.
|
15
|
XX
|
Thahir Jalaludin (1869-1957)
|
Di
Mekkah dia belajar dengan Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Dia juga belajar di
Al-Azhar Kairo untuk mendalami ilmu falak.
|
Menguasai
ilmu-ilmu keislaman terutama ilmu falak
|
(1) Ithāfu al-Murid fi Ahkami
Tajwīd (Johore: Matbaah al-Jamalyah, 1928), (2) Natījatul Ummi,
berisi almanak, kalender Islam dan Kristen serta arah kiblat menurut madhab
Syafii, (Taiping Perak, Mathbaah al-Zainiyah, 1951), (3) Tatimmatu
al-Irsyad al-Khairi al-Ilmi al-Faraidz (Singapura, Mathbaah Muhammadiyah,
1952) (4) Tadzkīrat Nuttabii al-Sunnah fi al-Raddi ala al-Qauli bi Sunnati
Rakatain Qabl al-Jumu’ati (Penang: Mathbaah Haji Abdullah Haji Muhammad
Nordin Al-Rawi, 1953). Sedangkan buku berbahasa Melayu, (1) Perisai Orang
Beriman Pengsi Madhab (Singapura: Setia Press, 1930): (2) Pati kiraan
pada menentukan waktu yang lima dan hal qiblat dengan logaritma
(Singapura: Ahmadiyah Press, 1938).(4) Risalah penebas bidah-bidah di
Kepala Batas (Penang: Persama Press, 1953)
|
Menjadi
tokoh pembaharu yang menuliskan gagasannya melalui jurnal al-Imam dan
buku-bukunya. Jurnalnya merangsang terbitnya jurnal-jurnal lain yang sejenis.
|
16
|
XX
|
Abdullah Ahmad (1878-1934)
|
Belajar
di Mekkah kepada Syeikh Ahmad Khathib al-Minangkabawi dan sejumlah ulama Arab
lainnya mulai taun 1895-1905
|
Menguasais
sejumlah ilmu keislaman dan penentang bid’ah dan khurafat.
|
Mendirikan Sekolah Diniyah
Adabiyah pada tahun 1909
|
Teresbarnya
gagasan pembaruan di Indonesia terutama di Padang Sumatera Barat.
|
17
|
XX
|
KH Ahmad
Dahlan (l. 1868)
|
Belajar
di Mekkah kepada Syeikh Ahmad Khatib.
|
Menguasai
sejumlah ilmu keislaman dan gagasan pembaruan
|
Mendirikan
persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1912.
|
Lewat
Muhammadiyah, gagasan pembaruannya berkembang di Indonesia yang antara lain
melalui pendirian sekolah-sekolah Muhammadiyah.
|
18
|
XX
|
KH Hasyim
Asy'ari (1871-1947)
|
Belajar
di Mekkah kepada Imam Nawawi al-Bantani, Syeikh Mahfud al-Tirmisi dan
sejumlah ulama Arab lainnya.
|
Ilmu
keislaman, terutama Shahih Bukhari yang beliau dapatkan ijazahnya dari Syeikh
Mahfudz
|
Ziyadah Ta’liqat, Tibyan fi nahy ‘an Mu”athalat al-Ikhwan, Nur
al-Mubin, Adab al-‘Alim, dan lain-lain. Bersama
sejumlah kyai mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926.
|
Melalui
pesntren Tebuireng Jombang dan NU, beliau menyebarkan pengetahuannya. Beliau
juga menjadi simpul pengetahuan di kalangan ulama NU.
|
19
|
XX
|
KH Abdul Halim
(l. 1887)
|
Belajar
di Mekkah pada tahun 1909-1911 kepada Syeikh Ahmad Khathib.
|
Menguasai
sejumlah ilmu keislaman dan gagasan pembaruan di bidang pendidikan
|
Mendirikan
perkumpulan Hayatul Qulub pada tahun 1915 dan berubah menjadi
Persatuan Umat Islam (PUI) pada tahun 1945.
|
Mempelopori
pembaruan pendidikan dengan sistim klasikal dan berjenjang di Jawa Barat.
|
20
|
XX
|
KH R.
Moh. Adnan (1889-1969)
|
Sejak
tahun 1908-1916, dia belajar di Mekkah kepada Syeikh Mahfud al-Tirmasi,
Syeikh Ahmad Khathib dan sejumlah ulama Arab
|
Sejumlah
ilmu keislaman terutama fiqh
|
Pengetahuannya
ditransmisikan lewat lembaga pendidikan antara lain Madrasah Trabiyatu Aitam,
Al-Khairiyah dan PTAIN
|
Sebagai
hakim agama dan Ketua PTAIN, dia telah
melakukan berbagai pembaruan terutama di bidang fiqh dan pengadilan agama.
|
21
|
XX
|
Moenawar
Chalil (1908-1961)
|
Belajar
di Arabia pada tahun 1926-1929, dan terpengaruh oleh gelombang pembaruan
Wahhabi, Afghani, Abduh dan lain-lain
|
Menguasai
sejumlah ilmu keislaman terutama yang bercorak pembaruan
|
Karyanya
banyak diterbitkan. Belaiu juga menjadi penulis aktif di sejumlah majalah
serta menerjemahkan sejumlah buku.
|
Karya-karyanya
menjadi bacaan bermutu hingga sekarang, ka masih banyak yang mengalami cetak
ulang hingga saat ini.
|
22
|
XX
|
Alumni
Kairo
|
Sejak
tahun 1920 an, banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Kairo, terutama di
Universitas al-Azhar.
|
Mereka belajar berbagai disiplin ilmu,
tetapi yang paling menonjol adalah keterpengaruhan mereka terhadap gagasan
pembaruan Islam yang dilancarkan oleh sejumlah ulama Mesir.
Ada
juga mahasiswa yang terpengaruh oleh gerakan Islam seperti yang diusung oleh
Ikhwanul Muslimin.
|
Di antara
mereka ada yang mempelopori terbitnya jurnal atau majalah Islam yang bercorak
pembaruan.
Di era
sekarang ini, banyak di antara mereka yang terlibat dalam kegiatan pendidikan
Islam dan penerjemahan buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia
|
q Menjadikan Universitas al-Azhar Kairo sebagai prototype IAIN di
Indonesia.
q Banyak yang kemudian menekuni lembaga pendidikan sebagai tenaga
pengajar.
q Banyak pula yang menjadi penulis ternama dan penerjemah beberapa buku
berbahasa Arab terbitan Timur Tengah.
|
[1]
Buku inilah yang memberikan inspirasi penulis puisi Aceh yang berjudul Hikayat Perang Sabil yang beredar luas
selama perang Aceh melawan Belanda pada akhir abad ke-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar